Perbekalan sudah dipersiapankan,
mulai dari perbekalan diri sendiri sampai perbekalan ilmu apa-apa saja yang
harus kami lakukan nanti pertama kali disana. Hampir semua mentor mengatakan
kami harus membaur dan menjadi bagian dari mereka. Lupakan semua misi yang
dibawa, lupakan semua PoA yang sudah dibuat, lupakan “kekotaan” kalian… Jadilah
bagian dari mereka, pelajari perilaku mereka, pahami kebiasaan mereka, jadilah
murid yang siap menerima ilmu-ilmu baru dari mereka yang disana. Jadilah kalian
bukan “siapa-siapa” disana. Kata kakek saya, kalo ditempat orang jangan nakal,
posisikan diri tidak tau apa-apa, minta diajari apa-apa yang biasa mereka
lakukan, walo kamu tau tapi jangan sok tau, jadilah rendah hati. Nasehat kakek
mirip dengan nasehat para mentor.
Hokeh… Siap laksanakan bapak/ibu
guru….
Kami 7 minggu bersama, 32 orang
ini sudah seperti keluarga baru buat saya. Kami menangis, tertawa, marah,
gembira sama-sama. Awalnya tidak mudah menyatukan ke 32 orang ini dengan
karakter masing-masing yang sama kuatnya. Sepanjang perjalanan, kami menemukan
beberapa kesamaam yang kemudian menyatukan kami dalam satu ikatan persaudaraan
yaitu bahwa kami semua menyadari bahwa kami adalah kumpulan orang-orang ‘gila’.
Bagaimana tidak kami menyebut diri kami ‘gila’, untuk memutuskan bergabung
dengan Pencerah Nusantara itu bukan perkara mudah untuk masing-masing individu.
Banyak penolakan, penolakan dari keluarga terutama menjadi masalah yang hampir
semua dari kami mengalaminya. Orang tua mana yang mau melepaskan anaknya untuk
pergi kedaerah yang belum pernah mereka kunjungi, kedaerah yang masih ada suku
dalam-nya, daerah yang menjadi perbatasan antar Negara, daerah yang rawan
bencana, daerah antah berantah. Anak gadis pula, orang tua mana yang rela
melepaskannya dimana mereka sudah siap dengan beasiswa untuk melanjutkan kuliah
lagi ke luar negeri tapi anaknya merayu dengan kekuatan penuh sampai berurai
air mata ditambah semangat ’45 pantang menyerah melancarkan rayuan agar
diizinkan untuk meninggalkan beasiswa demi Pencerah Nusantara, ada yang
meninggalkan orang tua yang sedang membutuhkan perawatan dari kami sebagai
dokter, sebagai perawat karena orang tua sakit tapi berusaha meyakinkan ayah
dan keluarga bahwa menjadi Pencerah Nusantara adalah donasi satu tahun kami
untuk ibu pertiwi, untuk bangsa ini.
Akhirnya….. Ayah, ibu dan keluarga
besar melepas kami di bandara, stasiun, terminal dengan derai air mata, peluk
cium erat dan berjuta nasehat agar menjaga diri, berbuat baik di negeri orang.
berangkatlah kami meninggalkan rumah menuju Jakarta untuk berkumpul mendapatkan
pembekalan.
Pembekalan yang sudah dirancang
sedemikian rupa, kami jalani. Padat merayap bahkan sabtu dan minggupun
terjadwal dengan rapat. Kangen dengan rumah sudah tentu, kangen zona nyaman,
pekerjaan mapan, keluarga, teman-teman dekat dan lain-lain. Tapi disini, kami
ternyata diberikan Allah keluarga baru, orang-orang yang tak terbayangkan
sebelumnya ternyata memiliki kegilaan yang sama, gila semangat dan tekad kuat.
Kami saling menyemangati, saling mendorong untuk terus maju. Beberapa pelatihan
menempah kami mulai dari pelatihan medis yang harus kami dapatkan diantaranya
obstetric genekologi, gizi anak, pelatihan kegawatdaruratan medis dan bencana,
serta penajaman ilmu vscan. Kurang lebih empat pekan kami ditempa untuk
memdalami kembali ilmu medis yang sudah didapatkan dibangku kuliah sebelumnya.
Pelatihan dilanjutkan menuju
Bandung, yang diawali oleh pelatihan survival dihutan bersama wanadri.
Disinilah team building kami dipertajam kembali. Selama empat hari wanadri
menempah kami dengan berbagai kecakapan untuk bertahan di rimba belantara. Kami
diajari mulai dari apa itu integritas sampai dengan membuat bivak kelompok dan
ber-solo bivak di tengah hutan. Ada beberapa pesan sederhana yang di tularkan
oleh wanadri pada kami, khususnya saya yang sampai sekarang mengingatnya yaitu:
“dalam kelas, boleh ngantuk, tapi gak boleh menguap”
kemudian “Kalau makan atau minum
harus duduk”
kemudian, “kalau ada orang yang
berbicara didepan harus mendengarkan dengan baik”
kemudian “tidak boleh merasa
benar sendiri”
kemudian…. Dan kemudian..
kemudian lainnya…
Pelatihan Bandung, saya garis
bawahi pelatihan ini benar-benar menguras emosi. Bagaimana tidak, di pelatihan
leadership yang di sampaikan oleh DDI (Development dimensions International)
kami di sentil dan kadang-kadang di “jedotin” habis-habisan tentang diri kami
dan sikap kami dalam tim. Benar- benar… gimana gitu… Setelah tiga hari
pelatihan endingnya adalah tangis-tangisan dan curhat ber 32 serta dilanjut
lebih mesra lagi curhat bersama tujuh tim masing-masing penempatan.
Jeeeng… jeeeeeeng…. Terbukalah
semuanya… Dan kami menyelesaikannya dengan senyum dan pemahaman yang lebih
mendalam tentang teman-teman per tim penempatan dan tim besar ber 32.
Makin mesra lagi, dilanjut dengan
curhat mendalam bersama 32 geng Pencerah Nusantara dalam materi pelatihan
Psychological First Aid. Kami berbagi tentang hal tersulit apa yang pernah kami
hadapi dalam hidup. Bagi sebagian teman ini tidak mudah untuk di ungkapkan,
tapi ketika melihat teman-lain mau menceritakan cerita yang sifatnya sangat sensitive
akhirnya memilih untuk menceritakan pengalaman hidupnya yang mungkin forum ini
adalah forum pertama baginya membuka luka hati dan bercerita. Tentu saja ini
berurai air mata.
Dan………… Pelatihan Bandung adalah
menguatkan kami….
Akhir pelatihan Bandung, kami
kembali bersama akang-akang Wanadri survival di hutan. Dimana kami dilatih
untuk dipersiapkan menghadapi keadaan paling sulit. Mulai dari membuat bivak
kelompok sampai dengan bersolo bivak, kemudian belajar mengenali makanan apa
saja yang boleh dan tidak boleh kami makan dihutan, belajar mengenali ular,
jenis ular, jenis bisa ular, cara menangani gigitan ular, cara berhadapan
dengan ular jika bertemu (menyapa gitu deh… “Hallo ular…” :D ) sampai dengan
bagaimana menangkap ikan dan menjerat atau menjebak binatang dihutan. Empat hari
yang menyenangkaaaaaaaaaaaaaan…
Walo kaki kayak mau copot, badan
kayak digebukin orang sekampung, mata sesepet-sepetnya mata, dingin sedingin
dinginnya gunung, tak menyurutkan semangat dan keceriaan kami. Khas sekali
kalau sedang stress, capek, lelah, pasti
kami akan bernyanyi sedemikian rupa hampir satu album (coba bayangin
dulu :D…) dan satu lagu dicampur dengan lagu lainnya bersahutan sambil membuat
bivak atau sambil memasak :D… Seruuuuuuuu….
Bernyanyi mampu mengalihkan
kemurungan kami karena lelah, menjadi ceria kembali. Kami memilih menikmati
suasana dan mengolahnya menjadi menyenangkan dari pada mengutuki atau
menggerutu apa lagi meratapi keadaan. Inilah kami 32 orang ‘gila’ yang ceria J sampai ada sumpah
Pencerah Nusantara ketika di pelatihan kegawatdaruratan medis dan bencana yang
bunyinya “Kami putra putri Indonesia berjanji akan selalu ceria setiap hari….” Yah,
dan kami melakukannya sampai hari ini J
Ah ada satu lagi, selama di
bandung kami sempat bersilaturahim dengan Pengajar Muda, Indonesia Mengajar
angakatan V yang juga sedang dalam masa pelatihan di Jati Luhur, Jawa Barat. Ketika
itu Pengajar Muda sedang melakukan kegiatan social konsultasi kesehatan pada
masyarakat kampung sekitar tempat mereka melakukan pelatihan. Kami datang
bersilaturahim sekaligus bersama-sama melakukan kegiatan social. Kemudian
dilanjut dengan ramah tamah, saling berkenalan dan berbagi cerita. Senang bukan
main saat bertemu dengan teman yang ternyata satu nasib sepenanggungan karena
gaya pelatihan mereka sama persis dengan gaya pelatihan kami :D… Saya
berkenalan dengan tim Pengajar Muda yang ternyata akan ditempatkan di provinsi
yang sama dengan kami. Senaaaaaaaaaaaaang^^… Akhirnya kami membuat janji, jika
nanti ada waktu kami akan saling mengunjungi ketika saling mengambil cuti untuk
main bersama….
Hokeh.. Sodara-sodara… Sebetulnya
sambil menulis ini saya sendiri deg deg-an… bagaimana tidak, besok sudah akan
berangkat dan survival sebenarnya akan kami jalani setahun kedepan. Entah apa
yang akan kami hadapi disana. Semoga kami mampu memberikan yang terbaik dari
yang kami miliki untuk negeri ini.
Kami, akhirnya tak sekedar
mengutuki keadaan, tapi kami melakukan sesuatu untuk ibu pertiwi, untuk
generasi penerus bangsa, untuk Indonesia….
Ada satu tulisan yang saya
temukan di kantong plastic hitam ketika sempat berjalan-jalan disatu hari,
begini bunyinya:
“Don't worry everything
is going to be amazing”
Bismillah….
Hallo geng……….. “INDONESIAAAAAAAAAAAAA……”
Ini Aksi kami… Mana
Aksimu….???