“Semalam ada gempa, sekitar jam 2
pagi”
“Salam” pagi setelah
”Assalamu`alaikum” dari bu Ida yang menjadi asisten rumah tangga kami pagi ini,
mengagetkan. Bukan apa-apa karena dari kami berempat para perawan yang biasanya
”super sensitif” terhadap gerakan dan suara yang terjadi dirumah saat tidur,
kali ini tidak merasakan apa-apa.
Barang yang wajib ada didekat kepala saat tidur |
”yang bener bu, sekitar jam
berapa???” tanya saya berusaha meyakinkan diri sendiri. Saya yang untuk merubah
posisi tidur dari miring kanan ke miring kiri saja bisa dipastikan selalu
terbangun ini tidak merasakan. ”Iya,
orang suami saya langsung bangun dan pegangan di dinding sambil bilang bagaimana
ya rumah dokter di atas sana...??” Kondisi rumah yang kami tempati memang
mengkhawatir, khususnya bangunan bagian depan yaitu ruang tamu dan satu kamar
di bagian depan sudah banyak retakan. Seperti ini contohnya:
Retakan yang makin lebar yang tadinya
hanya retakan garis di dinding batas ruang depan dan
ruang tamu
|
Retakan disudut atas pintu depan rumah.
Tanggal 20/12/12 jam 7 malam sudah rontok dinding ini
karena gempa susulan
|
Retakan dikamar depan |
Dan masih banyak retakan lainnya. Ah, lagi-lagi gempa... Sudah 7 kali gempa
terjadi selama kami disini. Hampir genap dua bulan tinggal di daerah yang
memang menjadi jalur patahan kalo saya tidak salah patahan itu namanya patahan
”sesar”. Kalau kita melihat peta pulau Sulawesi itu, Sulawesi Tengah terutama
kota Palu berada ditengah-tengah lekukan hurup ”K” nya. Jadi sebelum patahan
itu menemukan tepat PW (Posisi Wuenaknya)nya untuk ”duduk tenang” dia akan
terus bergerak untuk menemukan jalan tempatnya berlabuh dan kemudian berhenti
berguncang.
Lindu, adalah daerah yang dikenal
dengan danau Lindu-nya yang cantik. Tepat ketika kami membuka pintu rumah
kemudian memutar badan kekiri hamparan danau Lindu berpagar perbukitan kokoh
menyambut. Danau Lindu berada di kawasan konservasi, suaka marga satwa yang
ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian Republik
Indonesia No. 522/Kpts/Um/10/1973.
Bersama Bapak Camat Lindu
Foto didepan kantor camat yang rubuh karena gempa
Nah, untuk kepentingan masyarakat
didalam kawasan hutan lindung tersebut, pada tahun 1980 – 1981 ditetapkan bahwa
danau dan perkampungan disekitarnya sebagai enclave
dan tidak termasuk kawasan hutan Lindung. Masyarakat yang tinggal di sekitar
danau lindu terdiri dari empat desa terintergrasi yaitu desa Puroo, Langko,
Tomado (tempat kami tinggal sekarang) dan desa Anca.
Perjalanan menuju Lindu dimulai
dari kota Palu ke arah selatan menuju desa Sadaunta yang jaraknya kurang lebih
63 km dan batas sinyal HP hanya sampai disini.
|
Pangkalan Jeko (baca:ojek) menuju Lindu dari desa
Sadaunta
|
Selanjutnya...
Taraaaaaaaaaaaaa....
dari desa Sadaunta inilah
petualangan dimulai....
Jalan menuju Lindu |
Separuh perjalanan ditempuh dengan jalan kaki |
Sebelum gempa dahsyat tanggal 18 September 2012 yang lalu dengan kekuatan
6,3 SR mengguncang, jalan dari desa Sadaunta menuju kecamatan Lindu masih
berupa jalan setapak. Masyarakat dari Lindu menuju Sadaunta atau dari Sadaunta
menuju Lindu akan menempuh jarak kurang lebih 17 km menyusuri hutan lebat
dengan jurang disatu sisi dan tebing tinggi menjulang disisi lainnya.
Salah satu longsoran tebing, jika hujan deras turun,
siap-siap longsor susulan
|
Menurut cerita warga Lindu sendiri kendaraan roda dua sendiri baru bisa
menembus jalanan Lindu pada tahun 2004 yang lalu. Sebelum itu warga hanya menggunakan Kuda
(Kuda Pateke atau kuda pengangkut) atau berjalan kaki menuju jalan raya
Sadaunta.
Setelah gempa dengan kekuatan 6,3
SR terjadi pada 18 september 2012 itu,
banyak longsoran terjadi dan menyebabkan tertutupnya akses menuju Lindu.
Beberapa hari pasca gempa lindu tidak berhenti diguyur hujan, sehingga longsor
makin sering terjadi. Korban gempa tidak bisa mendapatkan pertolongan dan
petugas yang dari Palu pun sebaliknya tidak bisa mengakses Lindu karena
tertutupnya jalan. Sampai beberapa hari sebagian bantuan didistribusikan lewat
udara dan perbaikan jalan mulai dilakukan . Sekarang, jalanan Lindu yang
berpuluh tahun lalu hanya bisa dilalui oleh kuda pateke (kuda pengangkut) kini
mulai dibangun dan diperlebar. Pembangunan jalan dijadwalkan akan selesai
Januari nanti dan akan ditandai dengan pesta rakyat sebagai ucapan syukur
masyarakat Lindu. Pesta rakyat itu sendiri direncanakan akan di hadiri oleh
Gubernur Sulawesi tengah beserta jajarannya sekaligus meresmikan pembukaan
jalan.
Hikmah dibalik bencana gempa yang
terjadi, tahun 2013 nanti direncanakan juga akan di bangun tower telekomunikasi
sehingga nantinya HP yang dimiliki masyarakat Lindu tidak lagi hanya di tenteng
untuk mendengarkan musik atau untuk nonton video saja, tapi juga untuk
berkomunikasi lebih jauh dengan keluarga mereka dari kampung yang lain. Tentu
saja ini juga akan memudahkan semua aspek kehidupan di Lindu termasuk kesehatan,
salah satunya proses rujukan. Bagaimana tidak, selama ini ketika ada pasien yang
akan dirujuk maka kami akan mengirimkan ojek untuk menyampaikan pesan ke desa
Sadaunta untuk menyiapkan Ambulance agar ketika pasien tiba di Sadaunta segera
bisa meluncur menuju RS di Palu. Tapi nanti kalau jaringan komunikasi sudah
dibangun, kami tinggal telpon saja tak usah kirim ojek lagi untuk mengabarkan.
Hemat biaya kanJ, karena
mengirim ojek itu memakan biaya 75.000 jika jalan jelek, 50.000 jika jalan
kering.
Hingga sekarang perbaikan jalan
sudah hampir selesai dan dua hari yang lalu mobil Ranger milik bupati Sigi
sudah berhasil menembus jalanan dari Sadaunta menuju Lindu. Bukan main
senangnya warga, anak-anak berlarian mengejar mobil yang berjalan pelan
menyusuri desa. Mereka berlari sambil teriak-teriak ”ada otto... ada otto...
ada otto....” (Otto=mobil).
Berlari mengejar Otto |
Ini Otto pertama yang bisa menembus jalanan Lindu lho^^... |
Ada traktor juga lho^^... Ini alat berat yang mebuat jalan menuju Lindu jadi lebar.. Alhamdulillah:) |
Hampir semua warga keluar rumah menanti Otto pertama yang masuk desa
mereka. Bagi sebagian warga yang sudah sering melihat hanya duduk saja di depan
teras rumah, bagi sebagian lagi yang jarang bahkan belum perna melihat mobil
ikut berjalan memdekati mobil yang terparkir di jalanan dekat puskesmas kami.
Saya yang melihat peristiwa bersejarah bagi warga Lindu ini ikut terharu dan
merasakan bahagia dihati mereka. Kemarin, tepat sehari sebelum tulisan ini saya
buat, sudah tiba 10 mobil lagi sayangnya saya tidak menyaksikan karena sedang
sibuk dengan Pelatihan Kader Posyandu tingkat kecamatan di Puskesmas. Menurut
cerita dari bu Ida, anak-anak dari desa berlarian, mengelus-elus mobil bahkan
ada warga yang berlari sambil membawa beras dalam genggaman menghampiri mobil
dan menghamburkan beras tersebut sebagai tanda syukur ke mobil-mobil tersebut
sambil berteriak:
”Terima kasih Tuhan, saya hidup
menderita selama ini di Lindu akhirnya ada otto bisa masuk kekampung kami.....”
Teriring gempa kecil yang terus
mengguncang, belum hilangnya trauma warga ketika gempa besar yang lalu, banyak
kebahagiaan untuk Lindu terus berdatangan. Diantaranya Natal, Pesta Rakyat,
pesta Tahun baru, April 2013 nanti akan diadakan Festival Danau Lindu... Lindu
terus berbenah, lindu terus berkembang...
Lindu, 19 Desember 2012
Sore menjelang mahgrib, 17.00 WITA
(Sambil kengen ibu..... Ibu dirumah lagi ngapain ya...???)
Utri kularia – Pencerah Nusantara Batch 1 Lindu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar